Sebuah Cerita Tentang Mimpi

Posted by Toko Buku Kupu-kupu Lucu on Saturday 6 July 2013

Oleh: Akhmad Fatoni

Kisah inilah yang membuat toko buku Kupu-kupu Lucu ini didirikan. Kisah yang mungkin sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ceritanya:

Saya jatuh cinta dengan buku sejak duduk di bangku SMP. Hiduplah yang membuat saya mencintai buku. Dulu saya sempat sedih, kenapa dilahirkan tidak dalam kondisi keluarga yang ekonominya berkecukupan. Tapi, sekarang saya baru merasakan, inilah keindahan karena saya dilahirkan dari keluarga yang ekonominya pas-pasan, bahkan kurang. 

Logo
Dulu, uang saku saya itu hanya cukup untuk berangkat sekolah. Pulangnya saya selalu menanti tebengan. Entah itu menunggu sopir mobil pick up atau truk yang berbaik hati ataupun pengendara motor yang tidak tergesa-gesa dan kasihan melihat saya duduk di pinggir jalan. Jadi, uang saku saya itu tak pernah ada sisa untuk jajan. Saya baru bisa jajan di sekolah ketika waktu berangkat ada yang berbaik hati memberi tumpangan. Itu pun jarang sekali.

Lah, dari situlah kisah cinta saya dengan buku dimulai. Setiap bel istirahat berbunyi, bel yang dinanti seluruh siswa untuk istirahat dan jajan di kantin, saya selalu kesal. Sebab, ketika teman-teman pada berlari menuju kantin saya hanya bisa duduk manis di dalam kelas. Sendiri. Sungguh sangat tidak menyenangkan. Pada suatu ketika, saya ditegus seorang teman perempuan. "Lho kok ndak jajan?" Pertanyaan itu menusuk sekali. Saya hanya tersenyum kepadanya. 

Ia bingung melihat saya tersenyum dan tidak menjawab pertanyaannya. Teman saya itu, datang ke kelas sebelum bel istirahat berbunyi, kurang 5 menit. Ia masuk kelas dengan membawa buku dan beberapa makanan ringan. Saya hanya bisa melihat saja, mau minta juga malu. Ah, alhamdulillah ternyata ia anak yang royal. Ia membagikan makanan ringannya, lalu ia bercerita kalau habis pinjam buku di perpus. Ia sangat antusias menceritakan isi bukunya. Teman saya itu nampaknya pencerita yang baik, ia mampu membuat saya menarik buku yang dipinjam untuk saya baca sinopsis di sampul belakangnya. "Wah, romantis sepertinya. Nanti pinjam ya?"

Sejak saat itulah, setiap bel berbunyi saya selalu menuju perpus. Saya menghabiskan waktu istirahat di perpus. Saking seringnya ke perpus, penjaga perpus sampai hapal dengan. Menurut si penjaga perpus, saya ini anak yang lain dengan yang lain. Sebab jarang anak yang membaca di perpus. Biasanya selalu pinjam buku, lalu ke kantin. Namun, saya hanya diam saja kala itu. Sekali lagi, saya hanya menjawab dengan senyum. Sebenarnya, saya juga ingin pinjam buku, tapi untuk bisa meminjam harus membayar admintrasi dulu. Wah, mana punya uang. Terpaksa saya membaca buku di perpus saja.

Aktivitas seperti itu sampai saya SMA. Tapi, ada sedikit perubahan. Di SMA saya masih bisa sesekali jajan di warung. Jajan tidak karena uang sendiri, melainkan ditraktir teman-teman. Ditraktir karena mengerjakan tugas karang-mengarang yang diberikan oleh guru bahasa Indonesia. Yah, inilah manfaat yang saya petik sebab sejak SMP selalu bergaul dengan buku. Rasanya, bacaan yang saya lahap itu membuat saya tergelitik untuk ikut menuliskan hal yang sama. 

Kemampuan menulis saya itulah yang dimanfaatkan teman-teman saya untuk membantu mengerjakan tugas sekolah. Saya selalu siap membantu membuatkan puisi, cerpen, ataupun esai. Tapi saya sudah berani menarget, target saya itulah yang membuat saya bisa jajan. Bila dalam sehari, ada beberapa teman yang minta dibuatkan tugas. Tentunya saya tidak akan minta ditraktir hari itu juga, saya mengatur jadwal biar saya tiap hari bisa jajan. Kadang, saya juga meminta diganti dengan uang. Begitulah.

Kecintaan itu, hanya sebatas cinta. Tidak lebih. Saya menulis untuk diri sendiri dan sesekali membantu teman, bukan berarti saya takut nanti patah hati dan terpaksa datang ke tempat Wisata Buang Cinta. Akan tetapi semua itu dikarenakan tidak tahu-menahu soal dibawa mana hobi saya menulis itu. Berawal dari ketidaktahuan yang kurang mengenakkan itu, akhirnya saya membentuk Komunitas Arek Japan. Komunitas itu saya bentuk  karena saya tidak mau orang yang suka menulis merasa tidak tahu harus dibawa ke mana hobi itu. Sedangkan,  untuk hobi menulis saya meluangkan dan menulisnya di Sastramaya.

Dunia saya baru berubah ketika saya masuk kuliah. Kuliah juga karena teman-teman. Bagaimana tidak, wong formulir pendaftaran saja yang membelikan teman-teman. Namun, saya juga merasa tidak enak, teman-teman yang membelikan saya formulir itu malah tidak ada yang diterima di perguruan tinggi. Saya yang tidak niat malah diterima. Wallahualam.

Saya kuliah mengambil jurusan sastra Indonesia. Jurusan inilah yang membuat saya akhirnya berkenalan dengan seni. Saya akhirnya tahu, ternyata tulisan itu bisa menghasilkan uang. Menghasilkan uang karena dikirim ke koran atau majalah. Begitulah, saya tetap rutin ke perpus dan juga menulis. Sesekali tulisan dimuat. Bila dimuat, separuh honornya untuk beli buku, separuhnya lagi untuk kebutuhan. 

Begitulah awalnya kecintaan saya dengan buku. Kecintaan itulah yang membuat saya akhirnya berjualan buku, online. Sebenarnya, saya berjualan buku sudah sejak 2010 lalu. Tapi saya hanya jualan secara online dan juga menggelar bila ada acara bedah buku atau pertunjukan teater. Tahun lalu, saya sudah berkeinginan untuk mengontrak tempat tapi harga kontrakan sangat mahal. Saya tak ada uang. Pupuslah sudah harapan itu. 

Mimpi itu kembali muncul ketika saya pergi ke sebuah toko buku. Ada orang di sebelah saya tiba-tibahumming, "Mana bisa tenang memilih buku, kalau bising seperti ini." Lah, perkataan orang itulah yang membuat saya tahun ini memberanikan diri untuk membuka buku di rumah. Di desa. Jauh dari keramaian. Hal itu terinspirasi dari kekecawaan orang yang ada di sebelah saya itu. 

Awalnya saya juga ragu, apakah laku? Mau promosi malu. Malu karena stok bukunya tidak banyak kok sudah gembar-gembor. Namun, dari kekurangan itulah yang membuat saya memiliki strategi baru. Strategi yang tidak banyak dimiliki toko buku pada umumnya. "TOKO BUKU KUPU-KUPU LUCU MEMBERI ANDA TEMPAT NYAMAN BERBELANJA BUKU, JUGA CARA MUDAH BELANJA BUKU DENGAN MENGHEMAT WAKTU DAN ENERGI." Strategi itulah yang membuat saya yakin. Saya memberi tempat yang nyaman, saya mengantarkan pesanan. Anda tinggal pesan. Tanpa harus lelah dan meluangkan waktu untuk pergi ke toko buku. Jika Anda puas dengan kinerja kami, maka kabarkanlah pada teman, kerabat, saudara, atau kekasih Anda tentang pelayanan kami.

Yah, Akhirnya mau tidak mau, karena mimpi itu terlanjur amat besar. Saya berani mempromiskannya di media online ini. Promosi toko buku yang tidak banyak stok bukunya. Jadi, jika sekarang Anda berkunjung ke tempat kami. Mungkin tak ada rak-rak besar di tempat kami. Namun, Anda bisa menikmati beberapa buku kami dengan meminum kopi sambil memilih buku mana yang akan dibeli. Begitulah, mimpi itu akan saya mulai hari ini. Silakan pesan buku yang ingin Anda beli pada kami, kami akan mencarikannya. ***

Mojokerto, 25 Juni 2013

{ 0 comments ... read them below or add one }

Post a Comment